Indonesia merupakan negara yang kaya akan keaneragaman. Budaya, agama dan bahasa di Indonesia sangat kaya dan beragam. Bahasa sunda sendiri menjadi bahasa yang digunakan oleh etnis Banten, Priangan, Cirebon, Badul dan Cirebon. Bahasa sunda merupakan bahasa terbesar kedua setelah bahasa jawa. Ada sekitar 42 juta orang yang menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa kesehariannya. Serupa dengan bahasa jawa, bahasa sunda juga memiliki tulisan atau aksara tertentu. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas mengenai sistem penulisan dan sejarah bahasa sunda.
Penulisan Pelajaran Bahasa Sunda
Menurut ranahnetizen.com, bahasa sunda mula-mula ditulis dengan menggunakan aksaa. Akasara tersebut merupakan turunan dari aksara Pallawa yang serupa dengan aksara jawa. Peninggalan yang membuktikan akan penggunaan aksara sunda ini ditemukan pada sebuah prasasti yang berasal dari kerajaan Mataram Kuno. Prasasti yang menyakini akan evolusi dari aksara sunda adalah prasasti Kebantenan, prasasti Astana Gede dan prasasti Batu Tulis. Aksara dituliskan pada sebuah batu. Di abad ke-15, aksara sunda mengalami perubahan sehingga mudah untuk dikenali. Aksara tersebut kemudian banyak ditemukan pada permukaan daun lontar. Aksara sunda diterapkan pada naskah Carita Parahyangan, Warugu Guru dan Bujangga Manik.
Penulisan yang komplek ada pada aksara sunda kuno. Jumlah guratan yang dimilikinya memiliki jumlah yang lebih banyak jika dibandingkan dengan aksara baku. Kini, bahasa sunda telah menggunakan aksara baku karena mudah untuk dikenal dan dipelajari. Selain aksara, bahasa sunda juga memiliki alfabet dalam penulisan bahasa yang digunakan. Bangsa kolonial yang memasuki tanah air mengancam keberadaan aksara sunda kuno. Dokumen yang ditulisa pada masa itu hanya diperbolehkan untuk menggunakan alfabet latin, abjad Pegon dan bahasa jawa saja. Tokoh yang memiliki peranan penting dalam mentransmisikan aksara sunda ke latin adalah Daeng Kanduruan Ardiwinata.
Aksara jawa yang kemudian digunakan dalam penulisan bahasa sunda dikenal dengan nama Cacarakan. Aksara ini telah digunakan sejak tahun 1907 lalu. Dalam penulisan bahasa sunda, akasara jawa, alfabet latin dan abjad Pegon harus menyertainya. Aksara latin banyak ditemukan pada pelajaran bahasa sunda. Aksara yang digunakan pada aksara latin adalah aksara kawi dan aksara buda. Abjad Pegon digunakan pula pada penulisan di bahasa sunda. Abjad ini menggunakan huruf rekaan baru dan huruf Arab. Orang Arab tidak mampu memahami bahasa ini jika mereka tidak paham akan abjad Pegon. Abjad Pegon masih dapat ditemukan di pesantren-pesantren yang ada di Jawa Barat.
Sejarah Bahasa Sunda
Bahasa sunda digunakan oleh masyarakat yang bermukim di wilayah Jawa Barat. Meskipun begitu, bahasa sunda juga digunakan oleh sebagian masyarakat yang tinggal di Cilacap dan kabupaten Brebes yang masuk ke dalam wilayah Jawa Tengah. Kedua tempat tersebut dahulunya merupakan wilayah yang dikuasai oleh kerajaan Galuh. Kerajaan Galuh sendiri menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa keseharian. Di Cilacap, banyak nama tempat yang menerapkan bahasa sunda ke dalamnya. Tempat tersebut adalah Cipari, Cimanggu dan Dayeuhluhur.
Beberapa pakar sunda menyebutkan bahwa wilayah penuturan bahasa sunda sampai di kawasan Dieng yang berada di Jawa Tengah. Dieng sendiri diambil dari bahasa sunda kuno. Seiring dengan perpindahan etnis sunda, bahasa sunda ini telah beredar hingga ke pulau Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, Lampung, Riau dan Jambi. Hal tersebut dapat terjadi akibat etnis sunda yang berpindah dan tinggal di kawasan tersebut.